SUAMI
BERHATI MALAIKAT
"SUAMI BERHATI MALAIKAT"
Sahabat, ada sebuah kisah menarik
dari pejalan hidup seorang pria dalam mengarungi hidup ini bersama istrinya,
mudah-mudahan bisa mengambil hikmah dari cerita ini.
Intinya adalah "TIADA
KESETIAAN..TANPA KESETIAAN..!!"
Usianya sudah tidak terbilang muda
lagi, 60 tahun.
Orang bilang sudah senja bahkan
sudah mendekati malam,
tapi Pak Suyatno masih bersemangat
merawat istrinya yang sedang sakit.
Mereka menikah sudah lebih 32 tahun.
Dikaruniai 4 orang anak.
Dari sinilah awal cobaan itu
menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat.
tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak
bisa digerakkan.
Hal itu terjadi selama 2 tahun,
menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak
bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari sebelum berangkat kerja
Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat
istrinya ke tempat tidur.
Dia letakkan istrinya di depan TV
agar istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya sudah tidak dapat
bicara tapi selalu terlihat senyum.
Untunglah tempat berkantor Pak
Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang
untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya adalah jadwal memandikan
istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton
televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa
menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup
menyenangkan.
Bahkan terkadang diselingi dengan
menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno
lebih kurang 25 tahun.
Dengan penuh kesabaran dia merawat
istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka.
Sekarang anak- anak mereka sudah
dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari saat seluruh anaknya
berkumpul di rumah menjenguk ibunya karena setelah anak-anak mereka menikah dan
tinggal bersama keluarga masing-masing. Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang
merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu agar semua anaknya dapat
berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati,
anak yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu,
semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan
keluar dari bibir bapak,bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu."
Sambil air mata si sulung berlinang.
"Sudah keempat kalinya kami
mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan
bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak
tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Si Sulung melanjutkan permohonannya.
”Anak-anakku...Jikalau perkawinan
dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin
bapak akan menikah lagi, tapi
ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia
telah melahirkan kalian..!!"
sejenak kerongkongannya tersekat
"Kalian yang selalu kurindukan
hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan
apapun.
Coba kalian tanya ibumu apakah dia
menginginkan keadaanya seperti ini..??"
"Kalian menginginkan bapak
bahagia,
apakah bathin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang..??"
"Kalian menginginkan bapak yang
masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain..bagaimana dengan ibumu
yang masih sakit..??"
Pak Suyatno menjawab hal yang sama
sekali tidak diduga anak-anaknya
Sejenak meledaklah tangis anak-anak
Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu
Suyatno,
dengan pilu ditatapnya mata suami
yang sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno
diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan
merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama
25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa.
disaat itulah meledak tangisnya
dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup
menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita :
“Jika manusia di dunia ini
mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi waktu,
tenaga,pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan...
Saya memilih istri sayamenjadi
pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya,
mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi
saya 4 anak yang lucu-lucu..
Sekarang saat dia sakit karena
berkorban untuk cinta kami bersama…
dan itu merupakan ujian bagi saya,
apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya...
Sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia sakit...!!”
Sambil menangis"
Setiap malam saya bersujud dan
menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..
dan saya yakin hanya kepada Allah
saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya...
"BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI,
SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH".
***
Mudah-mudahan kita bisa mengambil
pelajaran berharga dari kisah diatas,aamiin..

0 komentar:
Posting Komentar